CERITA
FIKSI
Gadis penjual korek api
Gadis Penjual Korek ApiPada sebuah malam menjelang
natal. Malam sangat dingin, salju turun dengan deras dan angin berhembus dengan
kencang. Ada seorang gadis kecil yang sudah kehilangan mamanya, untuk
menghidupi papanya yang sedang sakit,
tanpa memperdulikan badai salju berjalan dijalan yang diselimuti salju
menjual korek api.
“Korek api, siapa yang mau membeli korek api”
Dia tidak memiliki baju hangat, memakai baju yang
sudah kumal dan kepalanya dibungkus sebuah syal yang sudah koyak, diatas
kakinya hanya memakai sepasang sandal tua, dia berteriak menjajakan korek
apinya dijalan, tetapi tidak seorangpun yang memperdulinya.
Semua orang sedang sibuk mempersiapkan kado natal,
dengan gembira dan bersenang-senang, sungguh kasihan gadis malang ini! Dia
mempunyai banyak korek api yang disimpan disebuah keranjang dan tangannya
memegang beberapa batang korek api.
Hari menjelang siang, dia tidak dapat menjual sebatangpun
korek apinya, dalam keadaan lelah dan lapar dia berjalan terus, butiran salju
jatuh diatas rambutnya yang berwarna keemasan, sampai didepan sebuah rumah yang
mewah dia berhenti dan memandang kedalam rumah, didalam rumah kelihatan pohon
natal yang dihias dengan indah, seorang ibu sedang bermain dengan gembira
dengan kedua anaknya, kedua anaknya kelihatan sangat bahagia, diatas meja
terlihat lilin yang berwarna-warni menyala, ada yang berwarna merah, hijau,
putih, ungu, dia paling suka melihat lilin yang berwarna merah, warnanya sangat
kontras diatas meja tersebut.
Melihat keadaan itu, dia teringat kepada nenek dan
ibunya, mereka berdua sangat menyayanginya, tetapi mereka berdua sudah
meninggal, memikirkan kenangan itu gadis kecil ini menangis dengan sedih.
Sambil menangis gadis kecil ini berjalan disebuah
jalan yang besar, tiba-tiba sebuah kereta kuda lewat dan hampir melanggar dia.
Kereta kuda melintas dengan cepat, menyemprotkan
percikan lumpur kebaju gadis malang ini, sandal gadis ini juga hilang, sehingga
dengan kaki telanjang dia berjalan diatas salju dan berteriak :
“Korek api, siapa yang mau beli korek api.”
Senja telah tiba, sepasang kaki gadis kecil ini
kedinginan sampai berwarna biru, disepanjang jalan tercium wangian daging
panggang.
“Wah, sungguh enak jadi orang kaya, mereka sedang
mempersiapkan perayaan natal.” Pikir gadis malang ini.
Dia sudah tidak kuat berjalan, badannya yang lelah
menyandar dinding disebuah pertokoan, dia tidak berani pulang kerumah
karena sebatangpun korek api belum terjual,
dirumah juga sangat dingin, karena dari segala arah angin dapat memasuki
rumahnya yang sudah reyot.
Dia kedinginan sampai tubuhnya gemetar terus, dia
sangat ingin menghangatkan tubuhnya walaupun hanya sebentar dengan sebatang
korek api.
Tangannya yang kecil sudah hampir membeku. Sungguh
sangat dingin, dia memutuskan untuk menyalakan sebatang korek api menghangatkan
tangannya yang sedang membeku.
“Sesst “ korek api menyala, dia merasakan sebuah
kehangatan menyelimutinya, nyala korek api menyilaukan, sambil melamun dia
membayangkan dirinya duduk didekat sebuah tungku api, nyala api terlihat sangat
cantik, terasa hangat, dia bermaksud menjulurkan kedua kakinya dekat ke nyala
api, tetapi nyala tersebut dengan cepat sudah padam, tungku api hilang dari pandangannya.
Dia terbangun dari lamunanya, dan melihat hanya bekas sebatang korek api yang
sudah habis terbakar ditangannya.
Dia lalu menyalakan sebatang lagi, korek api
menyala, mengeluarkan cahaya terang,
Nyala korek api yang memantul didinding, bagaikan ilusi
dia melihat sebuah kamar didalam kamar terlihat sebuah meja makan diatas meja
makan terhidang biscuit yang lezat dan daging panggang yang harum, keadaan ini
sangat menarik, dia melihat daging panggang ini melompat dari piring dan
berjalan menuju kearah gadis malang ini. Dia menjulurkan tangannya, korek api
segera redup, tangannya hanya teraba dinding yang dingin.
Dia menyalakan sebatang lagi korek api, nyala korek
api berubah menjadi sekuntum cahaya yang berwarna merah jambu.
Dia merasa dirinya duduk dibawah sebuah pohon natal
besar yang cantik, lebih cantik dari pohon natal yang dilihat tadi siang,
Diatas dahannya terdapat ribuan batang lilin kecil yang cantik sedang menyala.
Gadis malang ini menjulurkan tangannya, korek api padam lagi. Ribuan batang lilin
berubah menjadi bintang-bintang kecil yang terang dilangit. Diantara
bintang-bintang itu sebuah bintang jatuh ke bumi berubah menjadi sebuah cahaya
yang memanjang.
Dia menyalakan sebatang lagi korek api.
Gadis Penjual Korek ApiAh, di nyala api dia melihat
nenek yang dirindukan setiap hari, dia melompat ke pelukan neneknya.
“Nenek !” teriak gadis kecil ini, “tolong bawa saya
pergi nenek! Ke tempat yang tidak dingin, dan banyak makanan. Saya tahu begitu
korek api ini padam, engkau sudah tidak kelihatan, seperti tungku api itu,
daging panggang yang wangi dan pohon natal yang indah, saya akan kehilangan
semuanya.”
Akhirnya, gadis malang ini menyalakan semua korek
api yang tersisa, karena dia sangat ingin menahan neneknya disini terus.
Nyala korek api semakin terang, bagaikan disiang
hari, dia melihat neneknya dengan penuh kasih sayang mengangkat dia
kepelukannya, mereka berdua terbang makin lama makin tinggi, terbang kesebuah
tempat yang hangat dan tidak akan merasa kelaparan lagi.
Pada keesokan harinya natal telah tiba, orang-orang
disekitar pertokoan melihat gadis malang ini sedang menyandar di dinding,
dengan wajah kemerahan dan senyuman terlihat sangat bahagia , tetapi dia sudah
meninggal, meninggal dimalam menjelang natal, ditangannya masih tergenggam korek
api yang terbakar.
Nah, adik-adik sekalian, jangan sedih walaupun gadis
malang ini sudah meninggal, tetapi Tuhan sudah menjemputnya kesebuah tempat
yang tidak akan kedinginan dan kelaparan dan dia akan berbahagia selamanya
ditempat itu bersama nenek dan ibunya.
DAFTAR
PUSTAKA